HIDROPONIK / HYDROPONICS

HIDROPONIK

Hidroponik adalah menanam tanaman tanpa tanah, yang sudah menjadi sistem skala besar dalam budidaya pertanian.

Hidroponik berkembang dari kultur air, yaitu suatu metode menanam tanaman dalam laboratorium. Dalam metode ini, tanaman ditanam pada larutan hara atau benda padat seperti pasir kwarsa yang dialiri larutan hara.
Berdasarkan media tanaman yang dipakai, ada tiga metode hidroponik, yaitu kultur air, kultur pasir, dan kultur bahan berpori.

Di Indonesia berhidroponik dengan kultur pasir dan bahan berpori paling banyak dipraktekkan, karena perlakuan dan perawatan tanamannya tidak begitu rumit. Di Jepang metode kultur air yang lebih banyak berkembang, sebab telah tersedia sarana yang serba modern.

Pada metode kultur air, tanaman di tanam pada wadah berisi air. Biasanya akar tanaman terendam dalam air yang mengandung larutan hara. Agar tanaman tumbuh baik, kandungan oksigen dalam media tanam harus cukup dengan menyuplainya terus-menerus lewat aliran udara. Untuk memudahkan suplainya, ada yang membuat larutan mengalir dengan tanaman berdiri pada rockwool yang telah cukup aerasinya. Sistem serupa ini dikenal dengan sebutan NFT (Nutrient Flow Technique). Derajat keasaman (pH) air dipertahankan 6 - 7, untuk menjaga keseimbangan jumlah unsur anion dan kation yang larut didalamnya.

Metode kultur pasir dan kultur media berpori hampir sama saja tekniknya. Perbedaan keduanya terletak pada jenis media tanam saja. Pada kultur pasir digunakan media pasir. Kultur media berpori menggunakan pecahan genting, kerikil, pecahan batu merah dan batu apung. Semua media itu hanya berfungsi sebagai penopang tanaman dan penerus larutan serta air yang berlebihan atau yang tidak diperlukan tanaman. Karena itu tanaman harus disuplai larutan hara secara kontinu. Larutan hara yang diberikan mengandung semua unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman, biasanya disebut garam pupuk.

Pada dasarnya semua tanaman dapat dihidroponikkan, kecuali mungkin jenis tanaman sukulen yang kurang tahan kelembapan tinggi. Sedang pot yang baik untuk berhidroponik terbuat dari plastik. Pot tanah liat kurang baik, karena menyerap air dan mengundang jamur.

Tanaman hidroponik membutuhkan perawatan teliti. Tepat kuantitas dan lengkap unsur hara atau garam pupuk yang diberikan menentukan sukses tidaknya berhidroponik.

Tanaman hidroponik dapat memberikan produktivitas yang tinggi, tapi hemat dalam penggunaan lahan. Penanaman tidak dipengaruhi iklim, sehingga usaha penanamannya dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja. Usaha penanaman secara hidroponik ini sangat membantu penghijauan lingkungan pada daerah yang tidak memungkinkan untuk bercocok tanam secara tradisional, seperti di kota-kota besar yang lahannya sangat terbatas dan banyak bangunan beton, gedung perkantoran dan pencakar langit, serta daerah-daerah yang persediaan air kurang.
Sumber : TRUBUS – TH XXV – JULI 1994

HydroponicsHydroponics is growing plants without soil, which has become a large-scale system of agricultural cultivation.

Hydroponic culture evolved from the water, which is a method of growing crops in the laboratory. In this method, plants were grown in nutrient solution or solid objects such as quartz sand flowing nutrient solution.

Based on the plant medium is used, there are three methods of hydroponics, the water culture, sand culture, and culture of porous materials.

In Indonesia berhidroponik with sand and porous material culture of the most widely practiced, because the treatment and the treatment plant is not so complicated. In Japan, water culture method more developed, has been available for all modern facilities.

In water culture method, plants cultivated in containers filled with water. Usually the roots of plants immersed in water containing nutrient solution. In order for plants to grow well, the oxygen content in the planting medium should be sufficient to menyuplainya continuous flow through the air. For ease of supply, there is a solution to flow with standing crops in rockwool aerasinya had enough. Similar system is known as NFT (Nutrient Flow Technique). The degree of acidity (pH) of water retained 6-7, to maintain the balance of the amount of anions and cations are soluble therein.

Culture method of sand and porous media culture is almost the same technique. The difference lies both on the type of planting media only. In sand culture media used in sand. Porous media culture using broken tiles, pebbles, pieces of red stone and pumice stone. All media that only serves as the support of plants and water solution and the successor of excessive or unnecessary plants. Therefore, plants must be supplied nutrient solution continuously. Given nutrient solution containing all nutrients required for plant growth, usually called salt fertilizer.

Basically, all plants can dihidroponikkan, except perhaps succulent plants that are less resistant high humidity. Medium pot is good for berhidroponik made of plastic. Clay pot is not good, because it absorbs water and invite mildew.

Hydroponic plants require meticulous care. Exact quantity and full of nutrients or fertilizer salts given berhidroponik determine the success or failure.

Hydroponic crops can provide high productivity, but efficient in the use of land. Investment climate is not affected, so that business can be planted anytime and anywhere. Business hydroponic planting is very helpful for greening the environment in areas that do not allow for traditional farming, such as in large cities which have been extremely limited and many concrete buildings, office buildings and skyscrapers, as well as areas that lack water supply.Source: Trubus - TH XXV - JULY 1994

Popular posts from this blog

Resolusi 2023

NAMA ILMIAH PADI – JAGUNG – KEDELAI

Nama Ilmiah Cabai